Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo
menuturkan, BI berharap inflasi pada 2018 mendatang bisa mencapai 3,5
persen plus minus 1 persen.
"Tapi ini diperlukan kerjasama BI dan
pemerintah serta pemerintah daerah. Karena kontribusi daerah di luar
Jakarta ke inflasi itu sangat besar, lebih dari 80 persen,” kata Agus,
Jakarta, Rabu (28/4/2015).
Oleh karena itu, Agus menuturkan
diperlukan adanya Tim Pengendali Inflasi dan Tim Pengendali Inflasi
Daerah (TPID). Agus mengatakan, inflasi tidak hanya menggerogoti daya
beli konsumen, namun juga memberikan ketidakpastian bagi produsen bahkan
menimbulkan spekluasi.
Misalnya, kata dia, penjual akan
menimbun barang dalam jumlah besar guna mengantisipasi kenaikan harga
yang terus-menerus. Sayangnya, diakui Agus, inflasi di Indonesia masih
banyak disebabkan dari harga yang bergejolak utamanya pangan, serta dari
harga yang diatur pemerintah.
“Tantangan inflasi tidak lebih
mudah karena kita masih menghadapi berbagai tantangan struktural.
Kebijakan moneter saja tidak mampu mengatasi enam tantangan ini. Oleh
karena itu, pengendaian inflasi harus kita hadapi bersama,” ujar Agus.
Agus
memaparkan, keenam tantangan struktural dalam pengendalian inflasi
tersebut, yaitu terbatasnya kapasitas produksi domestik; nilai tukar
rupiah yang rentan gelojak dipicu ketergantungan ekspor sumber daya alam
serta impor bahan baku, produksi pangan yang rentan gangguan pasokan
akibat perubahan iklim yang kian sulit diantisipasi inefisiensi dalam
struktur mikro pasar, masih tingginya pemenuhan energi nasional dari
impor, serta, masih lemahnya konektivitas antar-daerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar